di antara kita
pernah mendengar anggapan
bahwa orang yang rezekinya
banyak adalah orang yang
disayang Allah. Namun,
sebaliknya, ketika roda hidup "lagi seret", muncul
anggapan, "Allah sedang
marah sama saya." Bahkan,
bisa jadi, anggapan itu juga
ada dalam diri kita. Ketika
kita sedang banyak hoki, kita berpikiran, "Allah sedang
memihak saya." Sebaliknya,
ketika sedang dilanda
kesempitan, terlintas dalam
benak kita, "Kelihatannya,
Allah sedang membenci saya." Turunan dari anggapan ini
adalah munculnya
pertanyaan sebagian kaum
muslimin: Kenapa Allah
memberi banyak rezeki
kepada orang kafir? Mengapa mereka jauh lebih
kaya dan mengecap lebih
banyak nikmat daripada
kaum muslimin? Mengapa
justru orang Islam, yang
beriman kepada Allah, banyak yang melarat,
hidupnya miskin, sudah shalat
jungkat-jungkit, tetap saja
rezekinya seret, utangnya
banyak ... dan seabrek
komentar lainnya. Satu hal yang patut kita
catat, anggapan semacam ini
telah dibantah oleh Allah.
Tidak perlu kita nilai, apakah
anggapan ini salah atau
benar. Cukuplah kita nyatakan bahwa ketika Allah
membantah asumsi manusia,
berarti asumsi manusia itu
bukan asumsi yang benar. Bantahan tersebut Allah
nyatakan dalam firman-Nya, ُﻩﺎَﻠَﺘْﺑﺍ ﺎﻣ ﺍﺫﺇ ُﻥﺎَﺴْﻧِﺈْﻟﺍ ﺎﻣﺄﻓ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ُﻪَﻤَّﻌَﻧَﻭ ُﻪَﻣَﺮْﻛَﺄَﻓ ُﻪُّﺑَﺭ ِﻦَﻣَﺮْﻛَﺃ ﻲﺑﺭ (*) ﺍﺫﺇ ﺎﻣﺃﻭ ُﻪَﻗْﺯِﺭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺭَﺪَﻘَﻓ ُﻩﺎَﻠَﺘْﺑﺍ ﺎﻣ ِﻦَﻧﺎَﻫَﺃ ﻲﺑﺭ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ (*) ﺎﻠﻛ ْﻞَﺑ.... “Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu dia
dimuliakan dan diberi
kesenangan oleh-Nya maka
dia akan berkata, 'Tuhanku
telah memuliakanku.' Adapun
bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka
dia berkata, 'Tuhanku
menghinakanku.' Sekali-kali,
tidak (demikian)! ....” (Q.S. Al- Fajr:15--17) Keterangan ringkas ayat ini
saya ambil dari paparan Ibnul
Qayyim rahimahullah dalam
Ad-Da' wa Ad-Dawa',
“'Sekali-kali, tidak (demikian)! ....' maksudnya:
Tidaklah setiap orang yang
Allah beri nikmat dan Dia
luaskan rezekinya, berarti
telah dimuliakan oleh Allah.
Sebaliknya, orang yang diuji oleh Allah dan Allah
sempitkan rezekinya,
bukanlah berarti dia telah
dihinakan oleh Allah. Namun,
yang benar, Allah menguji
seseorang dengan kenikmatan dan Allah
memuliakan orang yang lain
dengan ujian (kesialan)." (Ad-
Da' wa Ad-Dawa', Ibnul
Qayyim, Dar Al-Kutub
Ilmiyyah, Beirut, hlm. 21) Di samping itu, terdapat
riwayat dalam hadis yang
semakna dengan ayat di
atas. Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda, ﻦﻣ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ﻲﻄﻌﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺇ ﻲﻄﻌﻳ ﻻﻭ ﺐﺤﻳ ﻻ ﻦﻣﻭ ﺐﺤﻳ ﺐﺣﺃ ﻦﻣ ﻻﺇ ﻥﺎﻤﻳﻹﺍ “Sesungguhnya, Allah memberi (nikmat) dunia
kepada orang yang Dia cintai
dan yang tidak Dia cintai.
Namun, Dia tidak memberi
iman, kecuali kepada orang
yang Dia cintai.” (H.R. Hakim; dinilai sahih oleh Al-Albani) Saya yakin, setiap orang--
yang sadar--akan merasa
malu ketika dia memiliki satu
pemahaman yang disalahkan
oleh pakar di bidangnya.
Anda yang awam tentang ilmu kedokteran, kemudian
mencetuskan satu anggapan
tentang masalah kesehatan,
akan malu ketika ada
seorang dokter yang
membantah anggapan Anda di hadapan umum. Karena
itu, seharusnya kita malu di
hadapan Allah, ketika kita
memiliki satu anggapan yang
Dia salahkan dan Dia bantah. Semoga bermanfaat .... *** Penulis: Ust. Ammi Nur Baits,
S.T. Artikel www.PengusahaMuslim.com
pernah mendengar anggapan
bahwa orang yang rezekinya
banyak adalah orang yang
disayang Allah. Namun,
sebaliknya, ketika roda hidup "lagi seret", muncul
anggapan, "Allah sedang
marah sama saya." Bahkan,
bisa jadi, anggapan itu juga
ada dalam diri kita. Ketika
kita sedang banyak hoki, kita berpikiran, "Allah sedang
memihak saya." Sebaliknya,
ketika sedang dilanda
kesempitan, terlintas dalam
benak kita, "Kelihatannya,
Allah sedang membenci saya." Turunan dari anggapan ini
adalah munculnya
pertanyaan sebagian kaum
muslimin: Kenapa Allah
memberi banyak rezeki
kepada orang kafir? Mengapa mereka jauh lebih
kaya dan mengecap lebih
banyak nikmat daripada
kaum muslimin? Mengapa
justru orang Islam, yang
beriman kepada Allah, banyak yang melarat,
hidupnya miskin, sudah shalat
jungkat-jungkit, tetap saja
rezekinya seret, utangnya
banyak ... dan seabrek
komentar lainnya. Satu hal yang patut kita
catat, anggapan semacam ini
telah dibantah oleh Allah.
Tidak perlu kita nilai, apakah
anggapan ini salah atau
benar. Cukuplah kita nyatakan bahwa ketika Allah
membantah asumsi manusia,
berarti asumsi manusia itu
bukan asumsi yang benar. Bantahan tersebut Allah
nyatakan dalam firman-Nya, ُﻩﺎَﻠَﺘْﺑﺍ ﺎﻣ ﺍﺫﺇ ُﻥﺎَﺴْﻧِﺈْﻟﺍ ﺎﻣﺄﻓ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ُﻪَﻤَّﻌَﻧَﻭ ُﻪَﻣَﺮْﻛَﺄَﻓ ُﻪُّﺑَﺭ ِﻦَﻣَﺮْﻛَﺃ ﻲﺑﺭ (*) ﺍﺫﺇ ﺎﻣﺃﻭ ُﻪَﻗْﺯِﺭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﺭَﺪَﻘَﻓ ُﻩﺎَﻠَﺘْﺑﺍ ﺎﻣ ِﻦَﻧﺎَﻫَﺃ ﻲﺑﺭ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ (*) ﺎﻠﻛ ْﻞَﺑ.... “Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu dia
dimuliakan dan diberi
kesenangan oleh-Nya maka
dia akan berkata, 'Tuhanku
telah memuliakanku.' Adapun
bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka
dia berkata, 'Tuhanku
menghinakanku.' Sekali-kali,
tidak (demikian)! ....” (Q.S. Al- Fajr:15--17) Keterangan ringkas ayat ini
saya ambil dari paparan Ibnul
Qayyim rahimahullah dalam
Ad-Da' wa Ad-Dawa',
“'Sekali-kali, tidak (demikian)! ....' maksudnya:
Tidaklah setiap orang yang
Allah beri nikmat dan Dia
luaskan rezekinya, berarti
telah dimuliakan oleh Allah.
Sebaliknya, orang yang diuji oleh Allah dan Allah
sempitkan rezekinya,
bukanlah berarti dia telah
dihinakan oleh Allah. Namun,
yang benar, Allah menguji
seseorang dengan kenikmatan dan Allah
memuliakan orang yang lain
dengan ujian (kesialan)." (Ad-
Da' wa Ad-Dawa', Ibnul
Qayyim, Dar Al-Kutub
Ilmiyyah, Beirut, hlm. 21) Di samping itu, terdapat
riwayat dalam hadis yang
semakna dengan ayat di
atas. Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda, ﻦﻣ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ﻲﻄﻌﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺇ ﻲﻄﻌﻳ ﻻﻭ ﺐﺤﻳ ﻻ ﻦﻣﻭ ﺐﺤﻳ ﺐﺣﺃ ﻦﻣ ﻻﺇ ﻥﺎﻤﻳﻹﺍ “Sesungguhnya, Allah memberi (nikmat) dunia
kepada orang yang Dia cintai
dan yang tidak Dia cintai.
Namun, Dia tidak memberi
iman, kecuali kepada orang
yang Dia cintai.” (H.R. Hakim; dinilai sahih oleh Al-Albani) Saya yakin, setiap orang--
yang sadar--akan merasa
malu ketika dia memiliki satu
pemahaman yang disalahkan
oleh pakar di bidangnya.
Anda yang awam tentang ilmu kedokteran, kemudian
mencetuskan satu anggapan
tentang masalah kesehatan,
akan malu ketika ada
seorang dokter yang
membantah anggapan Anda di hadapan umum. Karena
itu, seharusnya kita malu di
hadapan Allah, ketika kita
memiliki satu anggapan yang
Dia salahkan dan Dia bantah. Semoga bermanfaat .... *** Penulis: Ust. Ammi Nur Baits,
S.T. Artikel www.PengusahaMuslim.com
Title : Fakta Rezeki
Description : di antara kita pernah mendengar anggapan bahwa orang yang rezekinya banyak adalah orang yang disayang Allah. Namun, sebaliknya, ketika roda ...
Description : di antara kita pernah mendengar anggapan bahwa orang yang rezekinya banyak adalah orang yang disayang Allah. Namun, sebaliknya, ketika roda ...
0 Response to "Fakta Rezeki"
Posting Komentar