161. MUDZAKARAH SAAT KELUAR MASTURAH 2

KEGIGIHAN SEORANG WANITA



6.4. MENDIDIK ANAK SECARA SUNNAH.
6.5. USHUL-USHUL DAKWAH.
6.6. ISTIQBAL.
6.7. DAKWAH INFIRADI.


6.4. MENDIDIK ANAK SECARA SUNNAH.
 Sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallamMengenai Anak
1.     Bau tubuh anak-anak adalah sebagian dari angin surga.
2.     Surga itu adalah sebuah kampung kesenangan, tidak masuk surga melainkan orang yang menyukai anak-anak.
3.     Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang menangis karena takutkan Allah subhanahu wa ta’ala. Orang yang menangis tersebut, oleh Allah subhanahu wa ta’aladiharamkan akan api neraka ke atas tubuhnya.
4.     Ciumlah anakmu karena pahala setiap ciuman itu dibalas dengan satu derajat di surga.
5.     Barangsiapa keluar ke pasar muslimin dan membeli barang-barang dan kembali ke rumah dengan membawa buah tangan untuk anak-anaknya niscaya mendapat rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak akan disiksa di hari kiamat.
6.     Barangsiapa membeli akan sesuatu di pasar untuk ahli keluarganya dan ia memikulnya ke rumah pahalanya seperti ia memberi sedekah untuk orang yang sangat berhajat.
7.     Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak laki-laki, maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah ia memerdekakan hamba sahaya dari kalangan bani Israil.
8.     Utamakanlah uang belanja untuk anak-anakmu.
9.     Suruhlah anak-anak mu shalat ketika berumur 7 tahun dan pukullah ia karena meninggalkan shalat ketika berumur 10 tahun dan pisahkan anak laki-laki dan perempuan dalam tempat tidurnya.
10. Memuliakan anak-anak dengan mengajarkan kepada mereka adab dan ilmu agama. Barangsiapa memuliakan anak-anaknya maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memuliakannya di surga.
11. Barangsiapa diberi rezeki seorang anak, wajiblah baginya mengajarkan anak itu adab adab akhlak semoga ia mendapat kemudahan rezeki dari syafaat anak-anaknya.
12. Barangsiapa meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan jahil dia turut menanggung tiap dosa yang dilakukan oleh anaknya itu dan barangsiapa membekalkan anaknya itu dengan ilmu dan adab, maka pahala anak itu turut diperolenya.
13. Sesuatu yang lebih mulia diberikan oleh bapak kepada anaknya ialah mengajarkan adab. Mengajar anak tentang adab lebih utama daripada menakut-nakutkan dia dengan pukulan karena meninggalkan kebaikan atau melanggar perintah Allah.
14. Di antara kewajiban seorang bapak kepada anaknya ialah mendidiknya dengan baik dan memberi nama yang baik.
15. Sesuatu kaum yang mengadakan musyawarah lalu hadir di dalamnya seorang yang bernama Muhammad akan mendapat kebaikan kaum itu.
16. Sesungguhnya di surga ada rumah yang disebut Darul Farah. Tidak ada yang bisa masuk Darul Farah kecuali orang-orang yang suka membahagiakan anak yatim.
17. Setelah anak perempuan berusia 16 tahun maka nikahkanlah ia dan ketika itu seorang bapak memegang tangannya sambil berkata : “Anakku, engkau telah kudidik, kuajar, dan ku nikahkan, semoga aku dilindungi oleh Allah dari bencana dunia dan akhirat.”
18. Seorang laki-laki bertanya : “Ya Rasulullah, kepada siapakah saya harus berbakti?” Jawab baginda, “Berbaktilah kepada ibu bapakmu!” Kata laki-laki tadi : “Ibu bapakku sudah tidak ada lagi.”Sabda Nabi, “Kalau begitu berbaktilah kepada anakmu, ibu bapakmu berhak atas dirimu dan anakmu juga berhak atas dirimu.”
6 Tahapan Mendidik Anak secara Sunnah.
Mendidik anak secara sunnah mempunyai 6 tahapan dan 5 langkah, dari mulai memilih jodoh sampai mempunyai anak dan anak tersebut menjadi besar, bahkan sampai dinikahkan. Dalam Islam untuk mewujudkan anak yang shaleh dan shalehah perlu banyak pengorbanan, sehingga kita perlu berhati-hati dan waspada dalam mendidiknya. 6 tahapan mendidik anak secara sunnah adalah :
1.  Tarbiyatul Junub.
·      Pada tahapan ini kita memerlukan extra hati-hati karena mencakup beberapa bagian. Dari mulai memilih jodoh, cara khitbah (meminang dan menerima pinangan), cara menikah, cara bercampur hingga janin hadir dalam perut istrinya.
·      Hal ini perlu dipersiapkan jauh-jauh hari, sehingga membuahkan anak yang diharapkan sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan RasulNya, serta juga orang tua.
2.  Tarbiyatul Rahim.
·      Pendidikan pada tahapan ini, mulai memperkenalkan amalan pada sang janin yang ada dalam kandungan istrinya.
·      Amalan yang yang diperkenalkan pada sang janin adalah dengan cara ibu dan bapaknya (suami istri) menghidupkan amalan maqami, intiqali secara istiqamah, baca al Quran, qiyamul lail + doa malam, shalat sunnah isyraq, dhuha, rawatib, awwabin, puasa senin kamis, jaga piker dan risau untuk agama.
·      Tahapan pendidikan ini sampai anaknya lahir.
3.  Tarbiyatul Wiladah.
·      Dalam tahapan ini dari mulai cara melahirkan, tahnik, mengadzankan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri, aqikah, mencukur rambut dan dishadaqahkan, member nama dan lainnya.
4.  Tarbiyatul Jisim.
·      Dalam mendidik jasad anak tidak terlepas dari agama. Misalnya memberikan makan untuk membesarkannya dengan harta yang halal, sehingga tubuh anak itu bukan hanya besar dan sehat saja, tetapi perkembangan membesarnya jasad (jisim) juga disertai dengan agama. Semakin besar tubuhnya juga semakin tebal ilmu dan pengetahuan agamanya.
5.  Tarbiyatul Aqal.
·      Kemampuan akal yang dimiliki semakin dewasa, akalnya semakin tunduk pada keimanannya, bukan sebaliknya.
·      Tatkala akal anak tumbuh, maka sebagai orang tuanya wajib mengarahkan akal anak pada agama, pada keyakinan dan keimanan bahwa dirinya dan semua makhluk diciptakan oleh Allah dan wajib tunduk dan patuh hanya kepada aturan Allah.
6.  Tarbiyatud Din.
·      Pendidikan agama pada anak, kita terapkan sedini mungkin,bahkan semenjak anak baru lahir saja kita ajarkan membaca  doa makan-minum, walaupun yang membaca hanyalah ibunya sendiri.
·      Demikian pula jika anak mau tidur, ke wc, pakai baju dan sebagainya.
·      Tatkala anak sudah mulai bisa bicara maka ajarkanlah asma (nama-nama) Allah.
·      Tatkala anak daya nalarnya sudah nampak, maka mulailah diberi hafalan al Quran, bacaan shalat, gerakan shalat dan sebagainya

Mudzakarah Tarbiyatul Aulad
Setiap orang tua tentunya mneginginkan memiliki keturunan yang memiliki akhlak dan agama yang baik. Hal itu tentunya tidak mudah untuk didapatkan, mengingat kehidupan di masa sekarang ini sangat jauh dari sunnah. Lingkungan kita telah dipenuhi oleh maksiat. Maka dari itu keluarga menjadi benteng yang paling utama bagi anak sebelum terjun di tengah masyarakat. Bagaimana cara mendidik anak agar menjadi generasi yang baik? 
  • Dimulai dari hubungan antara suami dan istri dengan adab- adab sesuai yang dicontohkan rasulullah SAW. Ketika melakukan hubungan suami istri jangan sampai setan ikut campur di dalamnya. Sebelum berhubungan hendaklah antara suami istri sholat berjamaah 2 rakaat terlebh dahulu, selanjutnya sang suami memegang ubun- ubun istri dan mendoakannya agar apabila tercipta anak dalam rahim sang istri janin tersebut tidak dipengaruhi oleh setan. 
  • Ketika hamil hendaknya sang istri memperbanyak bacaan dzikir dan membaca Al Qur'an. Begitu pula dengan sang suami. 
  • Pada saat melahirkan usahakan dibantu oleh wanita muslimah. Sang anak di adzani dan di iqomahi, ditahnik dengan madu atau kurma. Lalu dilaksanakan aqiqahnya, sang anak dicukur rambutnya lalu rambutnya ditimbang dengan emas atau perak kemudian emas atau perak tersebut di sedekahkan. Aqiqah hendaknya sesuai dengan tata cara yang Nabi SAW ajarkan, tidak dengan nyanyi nyanyian seperti sekarang ini. 
  • Ketika anak masih kecil, didiklah akhlaknya. Selenggarakan ta'lim rumah yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Ketika memasuki usia 7 tahun suruhlah sholat, sehingga ketika telah sampai masanya untuk wajib sholat, sang anak telah terbiasa. Pisahkan tempat tidur anak ketika mereka telah memasuki usia 10 tahun. 
  • Ketika baligh berikanlah pakaian sesuai dengan yang disyariatkan. Memutupi aurat, dan berikanlah penutup kepala bagi yang laki- laki. Dalam usia ini diharapkan sang anak telah mengerti kewajiban- kewajiban agamanya tanpa harus diingatkan. Namun ketika dia lupa atau sengaja untuk tidka melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, ingatkanlah ia dengan cara yang ma'ruf. 
  • Ketika telah sampai waktunya, carikanlah jodoh untuknya. Jangan sampai anak- anak kita terjerumus dalam lembah kemaksiatan apalagi sampai berpacaran. Carikan seorang lelaki yang shalih yang mampu menjadi seorang pemimpin rumah tangga, carikan seorang perempuan yang shalihah karena dia yang akan melahirkan dan mendidik anak- anaknya kelak. 
5 langkah Tarbiyatul Aulad sebagai berikut :
1.  Uswah/contoh/teladan.
·      Orang tua adalah contoh yang utama untuk anak-anak.
·      Orang tua jangan berharap anaknya menjadi anak shaleh/ shalehah jika bapak dan ibunya tidak shaleh dan shalehah.
·      Jika orang tua menginginkan anaknya mengamalkan sunnah, maka orang tuanya yang mencontohkan terlebih dahulu dalam pengamalan sunnah. Demikian pula jika diharapkan anaknya berlaku sopan santun, maka orang tuanya terlebih dahulu memberikan contoh bagaimana berlaku sopan santun.
2.  Adab-adab tata tertib.
·      Pengenalan adab-adab sunnah diterapkan sedini mungkin semenjak anak baru lahir.
·      Jika hal ini dibiasakan, maka akan menjadi kebiasaan atau adat anak hingga menjadi dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.
3.  Nasihat.
·      Nasihat diberikan kepada anak bukan saja pada anak yang melakukan kesalahan, tetapi nasihat diberikan pada anak tatkala mengamalkan apa yang kita nasihatkan. Maksudnya untuk menguatkan amalan anak, jangan sekali-kali menasihati atau memarahi anak tatkala melakukan kesalahan yang dilakukan di khalayak ramai, sebab hal ini akan menumbuhkan sifat tidak percaya diri atau minder atau merasa dipermalukan.
·      Nasihat yang baik diberikan pada saat anak-anak sedang merasa senang bersama orang tuanya.
4.  Hadiah.
·      Memberikan hadiah pada anak bukan berarti kita memberikan sesuatu berupa benda saja, tetapi memuji anak juga merupakan hadiah yang sangat berharga bagi anak. Inilah barangkali yang kerap kali diabaikan oleh orang tua, dimana kebanyakan orang tua sangat pelit untuk memuji kepada anak.
·      Hadiah yang berupa barangpun untuk anak mempengaruhi sekali pada perkembangan jiwanya, tetapi ini tidak untuk selalu dilakukan. Sifatnya hanya untuk merangsang agar anak semakin bersemangat, untuk lebih mandiri dalam bersikap dan berfikir, sehingga anak memiliki sifat percaya diri dan sebagainya.
·      Hadiah diberikan kepada anak misalnya bila anak dapat rangking dalam kenaikan kelas, hatam al Quran ataupun prestasi lainnya.
5.  Hukuman.
·      Hukuman buat anak seringkali diartikan sebagai sesuatu yang paling ditakuti oleh anak atau sebagai sangsi atas kesalahan yang dilakukan anak, seperti dipukul, disekap di wc, dijewer telinganya. Hal seperti ini sebenarnya tidak diharapkan dan bukan maksud yang diinginkan.
·      Hukuman dalam tarbiyatul aulad adalah hukuman yang bersifat ringan, misalnya setelah melakukan kesalahan, maka ibunya mendiamkan anaknya dengan tidak disapa dan hal ini sudah merupakan hukuman bagi anak.
·      Hukuman pun ada tahapan-tahapannya, sehingga orang tua tidak menghukum anak secara langsung dengan dihukum seenaknya. Misalnya, ketika anak melakukan kesalahan, maka pertama kali orang tua cukup mendiamkannya. Ketika anak melakukan kesalahan kedua, maka orang tua menasehati dengan intonasi suara yang lembut. Berbeda dengan saat anak melakukan kesalahan ketiga, maka intonasi nasehat lebih keras lagi. Apabila anak masih melakukan kesalahan lagi, boleh anak diberi ultimatum yang agak keras.
·      Emergency yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baru diamalkan, dengan catatan kesalahan yang dilakukan anak seperti meninggalkan shalat sedangkan saat itu anak telah mencapai usia 10 tahun. Ketika memukul anak dengan menggunakan rotan, maka yang dipukul adalah bagian kaki sebelah bawah.

6.5. USHUL-USHUL DAKWAH.
4 Hal Yang Diperbanyak
1. Da`wah
2. Ta`lim Wata`lum
3. Dzikir Ibadah
4. Khidmat
4 Hal yang Dikurangi
1. Kurangi masa makan dan minum
2. Kurangi masa tidur dan istirahat
3. Kurangi keluar masuk tandas, berhias dan mengurus diri
4. Kurangi bicara sia-sia.
4 Hal Yang Ditinggalkan
1. Jangan mengharap kepada makhluk kecuali hanya kepada Allah swt
2. Jangan meminta kepada makhluk kecuali hanya kepada Allah
3. Jangan menggunakan barang orang lain tanpa izin
4. Jangan boros / mubazir
4 Hal Yang Tidak Boleh Disentuh
1. Masalah khilafiyah / perbedaan mazhab
2. Masalah politik
3. Kedudukan / pangkat / sumbangan
4. Aib masyarakat.

6.6. ISTIQBAL.
Istiqbal artinya penerima tamu. Ulama katakan : Pekerjaan istiqbal sama dengan tugas malaikat di akhirat nilainya.
Keutamaan menerima tamu adalah :
-      Datangnya tamu membawa 1000 rahmat
-      Keluarnya tamu dari tuan rumah akan membawa keluar dosa-dosa tuan rumah
-      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : “Barangsiapa memuliakan tamu maka ia memuliakan aku, barangsiapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah.”
-      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalambersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka hendaklah menjamu tamunya”. Jadi muliakanlah kedudukan nya, karena tidak akan dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala orang yang tidak memuliakan tamunya.
Adab-adab istiqbal adalah :
·      Pada petugas istiqbal perlu ditanamkan bahwa tamu-tamu yang datang dalam majelis merupakan orang-orang pilihan Allah. Tamu-tamu yang datang adalah orang yang mendapat hidayah dan taufik untuk menghadiri majelis yang sangat disukai oleh Allah. Jadi kesankan bahwa tamu bukan orang-orang biasa
·      Istiqbal duduk dekat pintu dan memberikan salam sebelum tamu masuk.
·      Menerima tamu (jamaah masturah) dengan hati yang terbuka dan senang, dengan suasana ramah tamah, lemah lembut dan murah senyum, sebab mereka adalah tamu-tamunya Allah subhanahu wa ta’ala
·      Apabila tamu datang, bersikaplah seolah-olah kita sudah pernah mengenalnya walaupun kita belum pernah mengenalnya, sambutlah kedatangannya dengan hangat, jabat tangannya dengan erat, peluklah dengan rapat seolah-olah kita sudah lama tidak bertemu
·      Tamu dipersilahkan menempati ruang utama yang ada fasilitasnya
·      Bila ada tamu yang membawa anak, maka ditempatkan ditempat yang tak mengganggu majelis
·      Bila tamu datang berbarengan dengan program halaqah tajwid, jangan langsung dilibatkan dengan halaqah tajwid. Ajak dulu ngobrol sampai halaqah tajwid selesai, baru dilibatkan dalam majelis
·      Membuat amalan masjid selama jamaah berada di rumahnya
·      Menyediakan makanan sederhana untuk jamaah
·      Pakaian suami istri harus disimpan dengan rapih selama jamaah masturah berada di rumahnya
·      Apabila dalam rumah ada gambar yang tergantung atau patung maka disimpan atau ditutup dengan kain
·      Rumah harus tertutup agar gerak gerik wanita tidak terlihat.
·      Bila selesai ta’lim, katakan terimakasih dan kapan-kapan kalau ada majelis lagi bisa datang lagi.

6.7. DAKWAH INFIRADI.
Da`wah adalah ibarat kita melempar bola ke tembok, akhirnya mengenai diri kita sendiri.
·         Sewaktu kita memberikan da`wah hati kita harus selalu ingat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, agar dalam pembicaraan kita Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan pertolongan kepada kita, sehingga setiap kata yang kita ucapkan dalam bimbingan Allah subhanahu wa ta’ala.
·         Sewaktu memberikan da`wah hendaklah dengan hati yang lembut, rendah hati, kecilkan diri kita, besarkan saudara kita, anggaplah bahwa saudara kita lebih mulia kedudukannya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala dan anggap saudara kita itu lebih alim dari kita.
·         Sewaktu kita berikan da`wah tunjukkanlah sikap yang baik, jangan sekali-kali mempunyai sifat mengajari orang lain, serahkan semua pada Allah subhanahu wa ta’ala, karena Allah subhanahu wa ta’ala jugalah yang akan memberikan petunjuk pada pada saudara kita.
·         Kita harus mempunyai rasa hormat pada orang yang kita beri da`wah, berterimakasihlah pada orang – orang yang diberi da`wah, karena tanpa kehadirannya kita tidak akan bisa berda`wah.
·         Berikan da`wah dengan perhatian dan pengertian. Dengan siapa kita da`wah ? lihat latar belakang pendidikannya, dari golongan mana, tua atau muda, sedang sakitkah dia atau dalam keadaan sehat ? Lihat juga cara berpakaiannya dan juga latar belakang agamanya.
·         Kita harus da`wahkan tentang kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala, mengenai alam akhirat, kehidupan di surga, katakanlah semua itu bisa didapatkan dengan mengamalkan Islam secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Sebaiknya tidak diceritakan adzab-adzab. Ceritakanlah fadhilah-fadhilah orang yang keluar di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
·         Usahakan agar timbul dalam hati orang yang kita da`wahi tentang agama dan berkeinginan untuk mengajak orang-orang yang belum hadir untuk bisa ikut fikir seluruh umat di dunia ini sehingga Allah subhanahu wa ta’ala akan turunkan hidayah-Nya ke seluruh alam.
·         Hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala sebanding dengan sejauh mana tingkat usaha kita dan tingkat fikir kita serta pengorbanan-pengorbanan kita.
·         Apabila dalam satu jemaah hanya terdiri dari beberapa orang saja atau ada teman kita mendapat tugas da`wah, kawan-kawan yang lainnya ikut mendengarkan dengan penuh tawajuh kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena akan berpengaruh kepada yang hadir dan bantulah saudara kita yang berda`wah dengan dzikir dan do`a pada Allah subhanahu wa ta’ala agar kata-katanya berhikmah.
Amalan-amalan infirodi kita harus tertib ; shalat wajib dan shlat sunatnya, tilawat Qurannya, dzikirnya, karena amalan infirodi bagi yang sedang da`wah bagaikan sayap burung. Siang hari da`wah, malam hari do`a, banyak-banyaklah manangis di saat berdo`a dalam tahajud. Mohonlah hidayah untuk seluruh saudara-saudara kita dan umat seluruh alam.
Title : 161. MUDZAKARAH SAAT KELUAR MASTURAH 2
Description : KEGIGIHAN SEORANG WANITA 6 .4. MENDIDIK ANAK SECARA SUNNAH . 6 . 5 . USHUL-USHUL DAKWAH . 6 .6. ISTIQBAL . 6 .7. DAKWAH INFIRADI . 6 ....

0 Response to "161. MUDZAKARAH SAAT KELUAR MASTURAH 2"

Posting Komentar

Template Information

GameCategory

Pemesanan

Type Your Category

Test Footer 2