PELAKSANAAN Hari Raya Idhul Adha 1435 Hijriyah di Indoensia kali ini bakal terjadi perbedaan lagi. Satu pihak melaksanakan hari Sabtu,sedang yang lainnya melaksanakan hari Ahad.
Yang shalat hari Sabtu berpatokan pada pelaksanaan wuquf di Arafah yang jatuh pada hari Jumat yang oleh Saudi dinilai bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah.
Sedang yang mengambil hari Ahad berpatokan bahwa wuquf di Arafah bukan sebagai satu satunya dasar yang bisa digunakan menentukan hari
puasa Arafah atau Shalat Idul Adha.
Alasannya, selisih antara Saudi dengan Indonesia kurang lebih 4 jam.Bila puasa Arafah disandarkan pada kegiatan wuquf, yaitu hari Jumat berarti orang yang melaksanakannya bertepatan dengan jamaah haji yang sedang istirahat dan belum melakukan
wuquf. Namun jika puasa dilakukan pada hari Sabtu berarti, puasa tersebut
dilakukan setelah jamaah haji selesai wuquf.
Dengan pertimbangan ini,sebagian ulama berpendapat bahwa puasa Arafah dikaitkan dengan hari Arafahnya bukan dengan wuqufnya.Sebab berbeda dengan haji yang terkait dengan waktu dan tempat sekaligus, Puasa Arafah hanya terkait dengan waktu saja. Ini didasarkan, pelaksanaan haji yang di dalamnya ada wuquf menjadi gugur jika tanah Haram tidak aman. Sedang puasa Arafah tetap disunnahkan, baik ada yang wuquf atau tidak.
Ini artinya pelaksanaan puasa Arafah tidak tergantung pada pelaksanaan wuquf di Arafah. Puasa Arafah disyariatkan berbarengan dengan syariat puasa Ramadhan pada tahu 2
Hijriyah sebelum syariat haji. Bahkan Rasulullah telah melaksanakan puasa
Arafah jauh sebelum ada orang yang wuquf di sana.
Dalam sebuah hadits disebutkan,” Adalah Rasulullah berpuasa hari ke-9 dzilhijjah, dan hari ke-10 Muharran dan 3 hari pada setiap bulan.” (HR.Abu Daud, Ahmad dan Baihaqi)..
Hadits ini menunjukkan bahwa pelaksanaan puasa-puasa tersebut terikat dengan miqat zamani (hari
ke-9 Dzulhijjah, hari ke-10 Muharram/’Asyuura dan 3 hari setiap bulan).
Mengalah Demi Persatuan Umat
Meski kaum Muslimin di negeri ini berbeda pendapat dalam penentuan Idul Adha, namun perbedaan tersebut masih dalam batas ijtihadiyah.Masalah ini sudah dimaklumi oleh para ulama.Terjadinya pelaksanaan waktu puasa Arafah antara Saudi dengan negara lainnya karena perbedaan penentuan ru’yatul hilal pada awal Dzulhijjah.Sebagian ulama berpatokan pada ru’yatul hilal yang berlaku untuk semua negara, sedang yang lainnya berpendapat bahwa setiap negara memiliki penentuan rukyat hilal sendiri.
Berkaitan dengan hal ini ulama Saudi,Syaik bin Baz berpendapat bahwa perbedaan tersebut tidak memberikan dampak yang berarti. Karena yang menjadi kewajiban adalah melakukan ru’yatul hilal untuk menentukan awal
bulan puasa, berbuka (hari raya) dan berkurban ketika rukyat telah ditetapkan dengan ketetapan syar’i di
negara manapun. Secara hukum juga tidak ada bedanya antara penentuan
Ramadhan dan Idul Adha dalam syari’ah. ( Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz: 15/79).
Berdasar keterangan di atas, maka tidak masalah ketika di sebuah negara hari raya Idul Adha terjadi pada hari Sabtu misalnya, dan di negara yang lain pada hari Ahad, disebabkan banyaknya rukyat yang didasari oleh ikhtilaf mathali’ Yang demikian juga berlaku pada puasa Ramadhan, puasa Arafah, dan puasa Asyura’ karena semuanya berkaitan dengan ru’yatul hilal dan penentuan awal dan akhir bulan.
Berdasar keterangan ini Lajnah Daimah Saudi berpendapat bahwa sudah seharusnya seseorang yang hidup dalam sebuah negara mengikuti hasil ru’yatul hilal di negaranya demi
menjaga persatuan. Hal ini
dididasarkan pada hadits Rasulullah,
“Puasa adalah hari kalian semua berpuasa,sedangkan berbuka (Idul Fitri) adalah hari kalian semua berbuka, dan Idul Adha adalah hari kalian semua berkurban .” (HR.
Tirmizi, no. 797).
Sebagaian ulama menafsirkan hadits ini hendaknya puasa dan berkurban dilakukan bersama jamaah dan mayoritas masyarakat.Jika ada diantara kelompok atau perorangan di negera tersebut yang berbeda dengan mayoritas hendaknya melakukan dengan cara sembunyi-
sembunyi, dan tidak bersifat provokatif..
Dalam hal ini Syaikh Utsaimin mengatakan jika ada yang mengikuti ru’yatul hilal negara lain sedangkan
negerinya mengamalkan ru’yah nya tidak selayaknya ia memperlihatkan perbedaan, karena hal itu akan menimbulkan fitnah,kekacauan dan kontroversi.
Memperlihatkan perbedaan, bukan termasuk yang diperintahkan dalam Islam.” ( Majmu Fatawa Syeikh Ibnu Utsaimin , 19/44).
Www.hidatatullah.com
Description : PELAKSANAAN Hari Raya Idhul Adha 1435 Hijriyah di Indoensia kali ini bakal terjadi perbedaan lagi. Satu pihak melaksanakan hari Sabtu,seda...
0 Response to "PERBEDAAN IDUL ADHA"
Posting Komentar